I.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Karbohidrat
merupakan produk awal dari proses fotosintesis.
Karbohidrat selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Karbohidrat
tersusun sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon atau zat yang jika yang dihidrolisis menghasilkan salah
satu senyawa tersebut. Karbohidrat dapat dibagi
dalam
tiga kelompok yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Karbohidrat di alam terdapat dalam jumlah yang besar, terutama dalam
tumbuh-tumbuhan, berkisar antara 60-90 % dari bahan
padatnya. Kegunaanya sangat dan meliputi beberapa bidang, antara lain sebagai
bahan pangan, sandang, bahan untuk kesehatan dan obat-obatan. Pati, rayon
serat, kapas, dan bermacam-macam gula, adalah tergolong senyawaan karbohidrat.
Karbohidrat memiliki peranan sangat penting, seperti sebagai sumber energi,
lemak, dan pasangan protein. Selain itu sumber karbohidrat sangat mudah dan banyak
dijumpai di alam, terutama dalam serelia, sayuran ( kentang dan kacang-kacangan
), buah-buahan susu dan gula murni ( sukrosa ). Oleh karena itu perlu diketahui
reaksi-reaksi yang terjadi oleh karbohidrat. Dibalik keistimewaan tersebut,
senyawa – senyawa tersebut terdiri dari molekul yang memiliki gugus
penyusunnya. Latar belakang dari praktikum karbohidrat ini agar para praktikan
mengetahui adanya pengaruh kondisi asam dan alkali pada golongan karbohidrat.
Selain itu mengetahui cara pengujian karbohidrat dengan larutan Benedict.- Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh asam dan alkali terhadap karbohidrat.
II.
PROSEDUR
- Alat dan Bahan
1.
Larutan glukosa 2 %
2.
Larutan sukrosa 2 %
3.
Larutan maltodekstrin 2 %
4.
Larutan NaOH 0,1 N
5.
Larutan HCl 0,1 N
6.
Aquades
7.
Tabung reaksi
8.
Pipet tetes
- Prosedur Kerja
III.
TINJAUAN
PUSTAKA
Karbohidrat adalah polihidroksi
aldehid dan polihidroksi keton dan meliputi kondensat polimer- polimernya yang
terbentuk. Rumus empiris karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut : Cm(H2O)n
atau (CH2O). Tetapi ada juga karbohidrat yang mempunyai rumus
empiris tidak seperti rumus diatas, yaitu deoksiribosa, deoksiheksosa dan lain-
lain (Sudarmanto, dkk, 2000).
Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), dan Oksigen (O). Perbandingan antara hydrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti halnya dalam air; oleh karena itu diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana, formula umum karbohidrat adalah CnH2nOn. Hanya heksosa (6-atom karbon), serta pentosa (5-atom karbon), dan polimernya memegang peranan penting dalam ilmu gizi (Almatsier, 2001).
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno, 2002)
Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), dan Oksigen (O). Perbandingan antara hydrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti halnya dalam air; oleh karena itu diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana, formula umum karbohidrat adalah CnH2nOn. Hanya heksosa (6-atom karbon), serta pentosa (5-atom karbon), dan polimernya memegang peranan penting dalam ilmu gizi (Almatsier, 2001).
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno, 2002)
Beberapa sifat
karbohidrat antara lain :
a. Monosakarida dan disakarida memiliki rasa manis
yang disebabkan oleh gugus hidroksilnya, oleh karena itu golongan ini disebut
gula. Contohnya : glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
b. Semua jenis karbohidrat akan berwarna merah
apabila larutannya (dalam air) dicampur dengan beberapa tetes larutan α-naftol
(dalam alcohol) dan kemudian dialirkan pada asam sulfat pekat dengan hati-hati
sehingga tidak tercampur. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif adanya
karbohidrat (uji Molisch)
c. Warna biru kehijauan akan timbul apabila larutan
karbohidrat dicampur dengan asam sulfat pekat dan anthroe. Warna ini timbul
karena terbentuknya furfural dan hidroksi furfural sebagai senyawa derifat dari
gula- gula (Sudarmadji, 2003).
Menurut kompleksitasnya karbohidrat digolongkan
sebagai berikut :
a. Monosakarida
a. Monosakarida
Monosakarida
adalah monomer gula atau gula yang tersusun dari satu molekul gula berdasarkan
letak gugus karbonilnya monosakarida dibedakan menjadi : aldosa dan ketosa.
Sedang kan
menurut jumlah atomnya dibedakan menjadi :triosa , tetrosa, dll. Monosakarida
yang mengandung gugus aldehid dan gugus keton dapat mereduksi senyawa-senyawa
pengoksidasi seperti : ferrisianida, hidrogen peroksida dan ion cupro. Pada
reaksi ini gula direduksi pada gugus karbonilnya oleh senyawa pengoksidasi
reduksi. Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk
mareduksi.Sifat mereduksi ini disebabkan adanya gugus hidroksi yang bebas dan
reaktif ( Lehninger,1982 ). Kerangka monosakarida adalah rantai karbon
berikatan tunggal yang tidak bercabang. Satu diantara atom karbon berikatan
ganda terhadap suatu atom oksigen, membentuk gugus karbonil, masing-masing atom
karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil. Jika gugus karbonil berada
pada ujung rantai karbon, monosakarida tersebut adalah suatu aldehida dan
disebut suatu aldosa, jika gugus karbonil berada pada posisi lain, monosakarida
tersebut adalah suatu keton dan disebut suatu ketosa ( Lehninger, 1982 ). Sedangkan
gula non reduksi adalah senyawa gula yang gugus karbonilnya berikatan dengan
senyawa monosakarida lain sehingga tidak bebas lagi, misalnya : sukrosa ( Lehninger,
1982 ). Sedangkan jumlah keseluruhan gula reduksi dan gula non reduksi adalah
gula total.
b. Disakarida
Tersusun
oleh dua molekul monosakarida. Jika jumlahnya lebih dari dua disebut
oligosakarida ( terdiri dari 2-10 monomer gula ). Ikatan antara dua molekul
monosakarida disebut ikatan glikosidik yang terbentuk dari gugus hidroksil dari
atom C nomer 1 yang juga disebut karbon nomerik dengan gugus hidroksil pada
molekul gula yang lain. Ada
tidaknya molekul gula yang bersifat reduktif tergantung dari ada tidaknya gugus
hidroksil bebas yang reaktif yang terletak pada atom C nomer 1 sedangkan pada
fruktosa teeletak pada atom C nomer 2. Sukrosa tidak mempunyai gugus hidroksil
yang reaktif karena kedua gugus reaktifnya sudah saling berikatan. Pada laktosa
karena mempunyai gugus hidroksil bebas pada molekul glukosanya maka laktosa
bersifat reduktif ( Winarno, 1992 )
c. Polisakarida
Polisakarida
adalah polimer yang tersusun oleh lebih dari lima belas monomer gula. Dibedakan menjadi
dua yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida. Monosakarida dan disakarida
mempunyai rasa manis , sehingga disebut dengan "gula". Rasa manis ini
disebabkan karena gugus hidroksilnya,. Sedangkan Polisakarida tidk terasa manis
karena molekulnya yang terlalu besar tidak dapat dirasa oleh indera pengecap
dalam lidah (Sudarmadji, 1996 ).
d. Oligosakarida
Senyawa yang termasuk
oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul
monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain,
membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida
yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang
terbentuk dari empat molekul monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak
terdapat di alam adalah disakarida. (McGilvery&Goldstein, 1996)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Larutan
|
Pereaksi
|
||
NaOH 0,1 N
|
HCl 0,1 N
|
Aquades
|
|
Maltodekstrin
|
Larutan
berwarna orange.
Ada endapan (+++)
|
Larutan berwarna
orange tua.
Ada endapan (+)
|
Larutan bewarna
orange muda.
Ada endapan (++)
|
Sukrosa
|
Larutan berwarna biru terang.
Tidak ada endapan
|
Larutan berwarna orange
kecoklatan.
Ada endapan (++)
|
Larutan berwarna
hitam bening.
Ada endapan (+++)
|
Glukosa
|
Larutan coklat mudabening.
Ada endapan (++)
|
Larutan berwarna
orange kecoklatan.
Ada endapan (++)
|
Larutan berwarna
orange bening.
Ada endapan (+)
|
B.
Pembahasan
Karbohidrat
terdiri dari monosakarida (terdiri dari satu unit gula), disakarida (dua unit gula),
oligosakarida (beberapa unit gula) dan polisakarida. Monosakarida cukup stabil
pada kisaran pH 3 – 7. Akan tetapi, diluar pH tersebut, tergantung kondisi lainnya
juga, dapat terjadi perubahan yang ekstensif. Enolisasi yang diikuti dengan eliminasi
molekul air adalah reaksi yang dominan yang terjadi pada suasana asam. Pada
suasana basa, dapat pula terjadi enolisasi, bahkan dapat terjadi fragmentasi molekul
gula yang diikuti dengan reaksi sekunder. Reaksi ini akan menjadi lebih cepat
dengan adanya pemanasan dan dengan semakin tingginya suhu pemanasan. Pada
kondisi basa, khususnya bila disertai dengan pemanasan, molekul gula mudah mengalami
fragmentasi ( pemutusan ikatan karbon-karbon) melalui reaksi retroaldol menghasilkan
berbagai senyawa karbonil yang reaktif. Pada keadaan asam encer, monosakarida
bersifat relatif stabil dan pada penambahan asam kuat akan terhidrasi menjadi
furfural atau hidroksimetilfurfural. Pada penambahan alkali encer monosakarida
dapat mengalami isomerasi atau terbentuk senyawa yang lebih pendek D-manosa dan
D-1-fruktosa. Sedang pada penambahan alkali kuat enediol dapat berubah menjadi
formaldehid atau pentosa (Winarno, 1992).
Pada percoobaan kali ini kita bertujuan untuk mengetahui
pengaruh asam dan alkali terhadap sukrosa, maltodekstrin dan glukosa. Percobaan
dilakukan dengan prinsip penambahan tiga larutan yang memiliki tingkat keasaman
yang berbeda (asam, basa, dan netral). Suasana asam diwakilkan dengan
penambahan HCl 0,1 N, suasana basa diwakilkan dengan penambahan NaOH 0,1 N, dan
suasana netral diwakilkan dengan penambahan aquades. Selain itu, juga dilakukan
pemanasan dua tahap dan uji benedict. Uji benedict ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya gugus reduksi pada sukrosa dan maltodekstrin. Gugus
reduksi ini mempunyai daya untuk mereduksi. Kemampuan ini disebabkan karena
kandungan gugus reduktif yang mempunyai batasan yaitu gugus -OH bebas yang
terikat pada atom C hemiasetal. Menurut Sudarmadji (2003), Gula reduksi dengan
larutan Benedict (campuran garam kuprisulfat, Natrium sitrat, Natrium karbonat)
akan terjadi reaksi reduksi-oksidasi dan dihasilkan endapan berwarna merah bata
dari kuprooksida. Jadi kriteria untuk reaksi positif adalah terbentuknya
endapan kuprooksida dengan warna merah bata.
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengambil 2 ml larutan sukrosa 2% dan maltodekstrin 2% dimasukkan dalam tiga tabung reaksi. Larutan maltodekstrin dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi dan larutan sukrosa juga dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda. Kemudian pada tabung reaksi 1 ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 N untuk mengetahui pengaruh basa terhadap sifat reduktif dari sukrosa, pada tabung reaksi 2 ditambahkan 5 ml HCl 0,1 N yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam terhadap perubahan sifat sukrosa dan maltodekstrin dari gula non reduksi yang dapat terhirolisis menjadi gula reduksi yaitu glukosa dan fruktosa, dan pada tabung reaksi 3 ditambahkan 5 ml aquades. Setelah itu ketiga tabung didihkan selama 5 menit di atas api spiritus. Pemanasan I ini ditujukan untuk mempercepat reaksi antara sukrosa dengan basa (NaOH), asam (HCl), dan aquades, serta untuk mempercepat terjadinya reaksi hidrolisa sukrosa dengan HCl tanpa merusak molekul gula menjadi monosakarida penyusunnya yaitu glukosa dan fruktosa (Tranggono, 1987).
Setelah pemanasan pertama, amati perubahan warnanya. Setelah pemanasan 1 ini tidak tampak perubahan warna. Tidak adanya perubahan warna menunjukkan bahwa penambahan alkali dan asam belum mampu menghidrolisis sukrosa dan maltodekstrin. Pemanasan 1 hanya berfungsi sebagai peregang ikatan antar monosakarida-monosakarida pada sukrosa dan maltodekstrin. Namun, belum bisa menghidrolisa sempurna sukrosa dan maltodekstrin.
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengambil 2 ml larutan sukrosa 2% dan maltodekstrin 2% dimasukkan dalam tiga tabung reaksi. Larutan maltodekstrin dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi dan larutan sukrosa juga dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda. Kemudian pada tabung reaksi 1 ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 N untuk mengetahui pengaruh basa terhadap sifat reduktif dari sukrosa, pada tabung reaksi 2 ditambahkan 5 ml HCl 0,1 N yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam terhadap perubahan sifat sukrosa dan maltodekstrin dari gula non reduksi yang dapat terhirolisis menjadi gula reduksi yaitu glukosa dan fruktosa, dan pada tabung reaksi 3 ditambahkan 5 ml aquades. Setelah itu ketiga tabung didihkan selama 5 menit di atas api spiritus. Pemanasan I ini ditujukan untuk mempercepat reaksi antara sukrosa dengan basa (NaOH), asam (HCl), dan aquades, serta untuk mempercepat terjadinya reaksi hidrolisa sukrosa dengan HCl tanpa merusak molekul gula menjadi monosakarida penyusunnya yaitu glukosa dan fruktosa (Tranggono, 1987).
Setelah pemanasan pertama, amati perubahan warnanya. Setelah pemanasan 1 ini tidak tampak perubahan warna. Tidak adanya perubahan warna menunjukkan bahwa penambahan alkali dan asam belum mampu menghidrolisis sukrosa dan maltodekstrin. Pemanasan 1 hanya berfungsi sebagai peregang ikatan antar monosakarida-monosakarida pada sukrosa dan maltodekstrin. Namun, belum bisa menghidrolisa sempurna sukrosa dan maltodekstrin.
Langkah berikutnya adalah menambahkan NaHCO3
kristal pada tabung rekasi kedua (tabung yang mengandung HCl). Penambahan ini
bertujuan untuk memberikan suasana sedikit basa. Pada suasana yang sedikit
basa, Benedict mampu bekerja secara maksimal. Benedict tidak dapat bekerja
dengan baik pada kondisi asam. Tujuan penambahan benedict adalah untuk
mengetahui ada tidakny gugus reduksi pada sukrosa dan maltodekstrin sehingga
dapat diketahui apakah terjadi hidrolisis atau tidak dengan penambahan larutan
yang berbeda tingkat keasamannya.
Setelah ditambahkan NaHCO3 kristal, masing-masing tabung diambil 2 ml. kemudian tambahkan Benedict sebanyak 3 ml. Penambahan benedict mengakibatkan ketiga tabung reaksi (sukrosa dan maltodekstrin) berwarna biru.
Ketiga tabung pada sukrosa dan tiga tabung pada maltodekstrin dipanaskan kembali (pemanasan 2). Lalu amati perubahan warnanya. Pada ketiga tabung sukrosa, tabung ke2 berubah warnanya menjadi merah bata. Hal tersebut menunjukkan hasil yang positif terhadap uji benedict. Perubahan warna dan endapan merah bata yang terbentuk, terjadi karena adanya peristiwa hidrolisis sukrosa sebagai gula non-reduktif menjadi gula reduksi (glukosa dan fruktosa) yang akan mereduksi ion logam cuprioksida (CuO) menjadi cuprooksida (Cu2O). Mekanisme reaksi hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa adalah sebagai berikut:
C12H22O11 H2O6 C6H12O6 + C6H12O6
Sukrosa Fruktosa glukosa
(Sudarmadji, 2003).
Setelah ditambahkan NaHCO3 kristal, masing-masing tabung diambil 2 ml. kemudian tambahkan Benedict sebanyak 3 ml. Penambahan benedict mengakibatkan ketiga tabung reaksi (sukrosa dan maltodekstrin) berwarna biru.
Ketiga tabung pada sukrosa dan tiga tabung pada maltodekstrin dipanaskan kembali (pemanasan 2). Lalu amati perubahan warnanya. Pada ketiga tabung sukrosa, tabung ke2 berubah warnanya menjadi merah bata. Hal tersebut menunjukkan hasil yang positif terhadap uji benedict. Perubahan warna dan endapan merah bata yang terbentuk, terjadi karena adanya peristiwa hidrolisis sukrosa sebagai gula non-reduktif menjadi gula reduksi (glukosa dan fruktosa) yang akan mereduksi ion logam cuprioksida (CuO) menjadi cuprooksida (Cu2O). Mekanisme reaksi hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa adalah sebagai berikut:
C12H22O11 H2O6 C6H12O6 + C6H12O6
Sukrosa Fruktosa glukosa
(Sudarmadji, 2003).
Sedangkan tabung 1 pada sukrosa tidak mengalami
perubahan warna (tetap biru). sukrosa dalam suasana alkali bersifat stabil,
tidak terhidrolisa. Jika sukrosa berada dalam keadaan alkalis, maka sukrosa
akan memberikan hasil yang negatif pada uji Benedict. Larutan alkalis tidak
mampu menghidrolisis ikatan glikosidik dalam sukrosa sehingga sukrosa tetap
memiliki sifat non-reduksi. Dalam hal ini, larutan Benedict yang ditambahkan
tidak tereduksi dan warna larutannya tetap, meskipun sudah dipanaskan
(Soeharsono, 1978). Tabung ketiga tidak mengalami perubahan warna (tetap biru).
Secara umum, penambahan aquades ke dalam larutan sukrosa berfungsi untuk
menunjukkan sifat sukrosa dalam pH netral yaitu dalam kisaran pH aquades antara
6 sampai 7. Pada pH netral sukrosa relatif stabil karena tidak terjadi
perubahan warna yang mencolok pada saat sebelum dan sesudah pemanasan kedua
serta penambahan larutan Benedict.
Pada ketiga tabung maltodekstrin, semua tabung mengalami perubahan warna menjadi merah bata dan terdapat endapan. Intensitas warna pada ketiga tabung maltosa berbeda-beda. Tabung kedua memiliki intensitas warna yang paling tinggi, kemudian berturut-turut tabung pertama lalu tabung ketiga (intensitas warna paling rendah).
Pada ketiga tabung maltodekstrin, semua tabung mengalami perubahan warna menjadi merah bata dan terdapat endapan. Intensitas warna pada ketiga tabung maltosa berbeda-beda. Tabung kedua memiliki intensitas warna yang paling tinggi, kemudian berturut-turut tabung pertama lalu tabung ketiga (intensitas warna paling rendah).
Perubahan warna pada ketiga tabung maltodekstrin ini
disebabkan karena maltodekstrin telah terhidrolisis menjadi monomer-monomernya
yaitu 2 monomer glukosa. Maltodekstrin memiliki gugus reduksi sehingga dapat
terhidrolisis. Adanya endapan karena masih terdapatnya garam-garam yang tidak
larut yang berasal dari larutan Benedict. Perbedaan intensitas warna disebabkan
karena larutan Benedict dapat bekerja paling efektif pada suasana sedikit asam,
sedangkan pada suasana alkali kurang efektif begitu juga pada suasana netral
sehingga warna pada tabung 1 dan 3 kurang pekat.
Percobaan untuk mengetahui pengaruh asam dan alkali terhadap maltodekstrin dilakukan melalui tahap-tahap yang sama pada percobaan yang dilakukan pada sukrosa.
Percobaan untuk mengetahui pengaruh asam dan alkali terhadap maltodekstrin dilakukan melalui tahap-tahap yang sama pada percobaan yang dilakukan pada sukrosa.
Sedangkan pada glukosa, tabung pertama (ditambah NaOH)
mengalami perubahan warna yaitu menjadi coklat muda bening. Hal ini disebabkan
karena penambahan basa mengakibatkan terjadinya dekomposisi dan karamelisasi
(pencoklatan enzimatis). Glukosa tidak stabil pada suasana basa. Karamelisasi
merupakan peristiwa pencoklatan non enzimatis pada senyawa gula. Proses ini
terjadi adanya degradasi gula tanpa adanya enzim. Proses karamelisasi inilah
yang menyebabkan terjadinya warna coklat muda bening pada percobaan diatas.
Warna coklat muda bening ditimbulkan karena gula mengalami karamelisasi dengan
adanya alkali (Tranggono, 1987). Reaksi karamelisasi terjadi sebagai berikut :
(OH)
C6H12O6C125H188O80
GlukosaCaramelin/Humin (DeMann, 1997)
(OH)
C6H12O6C125H188O80
GlukosaCaramelin/Humin (DeMann, 1997)
Menurut Soeharsono (1978), larutan basa encer pada suhu
kamar akan mengubah sakarida. Perubahan ini terjadi pada atom C anomerik dan
atom C tetangganya tanpa mempengaruhi atom-atom C lainnya. Jika D-glukosa
dituangi larutan basa encer maka sakarida itu akan berubah menjadi campuran: D-glukosa,
D-manosa, D-fruktosa. Perubahan menjadi senyawaan tersebut melalui
bentuk-bentuk enediolnya. Bilamana basa yang digunakan berkadar tinggi maka
akan terjadi fragmentasi atau polimerisasi sehingga monosakarida akan mudah
mengalami dekomposisi dan menghasilkan pencoklatan non-enzimatis (karamelisasi)
bila dipanaskan dalam suasana basa (Soeharsono, 1978).
Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan
Sudarmanto (2000), yaitu bahwa pada pH diatas 4, dalam suasana alkali, glukosa
siklik akan berubah kebentuk cincin terbuka yang mengandung gugus karbonil dan
selanjutnya akan mengalami keseimbangan antara bentuk keto dan enolnya, yang
disebut enolisasi. Enolasi pada glukosa menyebabkan terbentuknya keseimbangan
antara campuran glukosa, fruktosa, dan manosa dengan enediol sebagai senyawa
antara. Warna kuning kecoklatan yang terjadi merupakan akibat dari terbentuknya
keempat senyawa diatas (Sudarmanto, 2000).
Pada glukosa tabung reaksi 2 (telah ditambah HCl 0,1 N)
tidak terjadi perubahan warna karena glukosa stabil pada kondisi asam. HCl
tidak mampu menghidrolisis glukosa. Pada pH 3-4 kebanyakan gula reduksi stabil
(Fenema, 1976).
Pada tabung reaksi ketiga, tidak terjadi perubahan
warna. Sebelum pemanasan, larutan berwarna orange bening dan setelah pemanasan
berwarna orange bening. Aquades bersifat netral sehingga tidak dapat
menghidrolisa glukosa walaupun disertai pemanasan. Aquades hanya berfungsi
sebagai pelarut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Karbohidrat
terdiri dari monosakarida (terdiri dari satu unit gula), disakarida (dua unit gula),
oligosakarida (beberapa unit gula) dan polisakarida. Monosakarida cukup stabil
pada kisaran pH 3 – 7. Akan tetapi, diluar pH tersebut, tergantung kondisi lainnya
juga, dapat terjadi perubahan yang ekstensif. Enolisasi yang diikuti dengan eliminasi
molekul air adalah reaksi yang dominan yang terjadi pada suasana asam.
2.
Pada suasana basa, pada karbohidrat dapat pula terjadi
enolisasi, bahkan dapat terjadi fragmentasi molekul gula yang diikuti dengan
reaksi sekunder. Reaksi ini akan menjadi lebih cepat dengan adanya pemanasan
dan dengan semakin tingginya suhu pemanasan.
3.
Sukrosa relative stabil terhadap alkali sedangkan pada
koondisi asam akan mengalami hidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa.
4.
Maltodekstrin tidak stabil pada koondisi asam, basa,
dan netral sehingga mudah terhidrolisis menjadi 2 monomer glukosa.
5.
Glukosa tidak stabil pada kondisi basa dan stabil pada
kondisi asam dan netral.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
Sunita, 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Basuki, Adil, Purwiyatno dan Tien R.M., 1988.
Teknologi dan Pemanfaatan Ekstruksi. PAU ITB, Bandung.
Lehninger,
1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Muljohardjo, M., 1987. Analisa Pati dan Produk Pati. PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Muljohardjo, M., 1987. Analisa Pati dan Produk Pati. PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soeharsono,
1978. Petunjuk Praktikum Biokimia. PAU Pangan dan Gizi, UGM Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet, 1982. Bahan-Bahan Pemanis.
Agritech, Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet dkk., 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet dkk., 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sudarmanto, S.,dkk., 2000. Kimia Hasil Pertanian. FTP UGM, Yogyakarta.
Tranggono,dkk., 1987. Kimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet dkk., 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet dkk., 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sudarmanto, S.,dkk., 2000. Kimia Hasil Pertanian. FTP UGM, Yogyakarta.
Tranggono,dkk., 1987. Kimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno,
F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Feseenden
dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar