Pembuatan
Yoghurt dengan Bakteri Asam laktat Lactobacillus Bulgaricus dan Streptocuccus
Thermophilus
Danar Dwi Hartanto (A1M009036)
Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal
Soedirman

ABSTRAK
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui ada nya perbedaan antara penambahan bakteri asam
laktat dengan konsentrasi 0.8%, 0.96%, 1.0%. selain itu mengetahui pH dari
pembuatan yoghurt tersebut. Starter yang
digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dan
fermentasi dilakukan selama 24 jam. Hasil analisa uji organoleptik menunjukan
bahwa tidakada perbedaan yang nyata antara warna, aroma, flavor, dan kesukaan.
Tetapi ada perbedaan yang nyata antara konsentrasi 0.8% dan 0.9% pada tuji
rasa. Selain itu pH yang didapat adalah konsentrasi
bakteri 0.8% adalah 4,88. konsentrasi bakteri 0.9% adalah 4,95. konsentrasi
bakteri 1.0% adalah 4,96
Kata
kunci organoleptik, yoghurt
PENDAHULUAN
Yoghurt adalah susu yang diasamkan atau
difermentasikan, yaitu dengan menumbuhkan bakteri tertentu. Yoghurt berbentuk
kental (seperti custard), rasanya asam dan sifatnya mudah dicerna. Yoghurt
dapat dibuat dari susu penuh atau susu skim. Secara sederhana yoghurt dapat
dibuat dari susu cair yang dicampur dengan yoghurt yang sudah jadi (biang).
Misalnya, untuk satu gelas susu cair ditambah dengan sekitar satu sendok yoghurt,
lalu biarkan dalam tempat yang tertutup dengan temperatur sekitar 500C. Setelah
6-12 jam yoghurt siap untuk diminum. Pembuatan Yoghurt dapat ditambah dengan
gula atau sirup atau aroma yang lain sesuai dengan selera. (Soeharsono, 1996).
Bakteri Asam Laktat (BAL), tidak berlebihan kiranya bila bakteri dalam
genus ini disebut sebagai salah satu bakteri terpenting (yang sudah diketahui
tentunya) dalam kehidupan manusia. Lactic acid bacteria termasuk bakteri gram positif fakultatif dan secara
umum tidak berbahaya, bahkan dibutuhkan oleh manusia dan hewan. BAL banyak
ditemukan di sekeliling kita, sebagai contoh, BAL banyak ditemukan di dalam
usus halus. BAL mampu memproses karbohidrat dalam susu yang
disebut laktosa menjadi asam laktat. Mereka secara natural ada didalam susu
(murni) dan secara luas digunakan sebagai kultur starter dalam produksi
berbagai macam produk olahan fermentasi susu.
Kultur starter yang dibiakan oleh manusia (sekarang
umumnya dilakukan di laboratorium) dimulai ketika orang mulai memisahkan
gumpalan whey/dadih atau krim yang didapat dari proses fermentasi sebelumnya
yang berhasil. Dan menggunakannya sebagai inokulan atau starter untuk pembuatan
produk selanjutnya. Secara umum, fungsi utama dari kultur ini adalah untuk
memproduksi asam laktat (lactic acid) dari gula yang ada dalam susu (laktosa). Selain
itu, kultur dapat digunakan juga untuk mengatur: rasa, aroma dan tingkat
produksi alkohol aktivitas proteolitik dan lipolitik penghambat organisme yang
tidak diinginkan.
Lactobacillus,
Ada
beberapa spesies yang terkenal dalam kelompok ini. Lb. delbrueckii subsp.
bulgaricus, yang umum digunakan sebagai starter yogurt bersama dengan St.
thermophillus adalah spesies homofermentatif, menghasilkan sekitar 2% berat
asam laktat per volume susu. Temperatur optimum pada 42 °C dan tetap hidup dan
tumbuh pada 45 °C atau lebih. Spesies ini tidak menyukai lingkungan dengan
kadar garam rendah
Streptococcus,
St. thermophillus adalah satu satunya spesies dari genus ini yang
digunakan secara luas sebagai kultur starter beberapa jenis keju termasuk
Mozzarella dan yogurt. Sejak pertengahan 1990, St. thermophillus juga
digunakan sebagai starter pada pembuatan keju Cheddar.
Campuran atau kombinasi dari kedua kelompok ini sering
digunakan pada beberapa macam produksi yogurt dan keju. Namun demikian, yang
paling umum digunakan, terutama di Indonesia menurut pengetahuan penulis adalah
kombinasi dua buah bakteri utama yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
delbrueckii subsp. bulgaricus. Walaupun kedua mikro organisme
tersebut dapat digunakan secara terpisah, namun penggunaan keduanya dalam
kultur starter yogurt secara bersama sama terbukti telah bersimbiosis dan
meningkatkan efisiensi kerja kedua bakteri tersebut. Selain menyebabkan tingkat
produksi asam yang lebih tinggi, St. thermophilus tumbuh lebih cepat
dan menghasilkan asam dan karbon dioksida. Format dan karbon dioksida yang
dihasilkan ini menstimulasi pertumbuhan Lb. bulgaricus. Disamping itu,
aktivitas proteolitik dari L. bulgaricus ternyata juga menghasilkan peptide dan
asam amino yang digunakan oleh S. thermophillus. Seperti diketahui pula, dalam
proses pembuatan yogurt, susu menggumpal disebabkan oleh derajat keasaman yang
turun. S. thermophillus berperan dahulu untuk menurunkan pH sampai
sekitar 5.0, baru kemudian disusul L. bulgaricus menurunkan lagi
sampai mencapai 4.0. Selain itu beberapa zat hasil fermentasi mikroorganisme
yang berperan dalam menentukan rasa produk adalah asam laktat, asetaldehid,
asam asetat dan diasetil.
Initinya adalah jenis dan jumlah mikroorganisme dalam starter
yang digunakan sangat berperan dalam pembentukan dan formasi rasa serta tekstur
yogurt. Selain tentunya lama fermentasi dan suhu lingkungan.
METODOLOGI
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kultur starter (lactobacillus
bulgaricus dan streptococcus thermophilus), susu sapi segar yang telah
dipasteurisasi yang diperoleh dari peternak sapi Universitas Jenderal
Soedirman, dan susu skim, serta gula.
Metode
Susu segar, susu skim diukur 100 ml di tambahkan gula 10%,
dipasteurisasi di dalam kompor sampai suhunya 85oC selama 15 menit,
kemudian dinginkan sampai suhunya 40-45oC. Selanjutnya, inokulasi
starter menggunakan Lactobacillus bulgaricus da Streptococcus
thermophilus dengan perbandingan 1:1 sebanyak 0.8% , 0.9%, 1.0%. kemudian
digojok hingga homogen. Susu yang telah diinokulasi dengan starter tadi,
dimasukkan ke dalam labu steril kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC
hingga dihasilkan yoghurt dan diamati pH dan organoleptik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini
telah dilakukan pembuatan yogurt dengan menggunakan isolate berupa bakteri asam
laktat(BAL) yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus. Pemilihan
isolate yang digunakan adalah sumber makanan fermentasi yang berbeda dan
kemampuannya di dalam menghambat bakteri pathogen (Rahayu et al, 1996).
Nilai pH yang
dihasilkan, selama proses fermentasi, BAL akan memfermentasi karbohidrat yang
ada sehingga terbentuk asam laktat. Pembentukan asam laktat menyebabkan
penurunan pH atau menjadi asam. Nilai pH yoghurt yang didapat dari konsentrasi
bakteri 0.8% adalah 4,88. konsentrasi bakteri 0.9% adalah 4,95. konsentrasi
bakteri 1.0% adalah 4,96. Menurut lampert(1970) pH pembuatan yoghurt yang baik
adalah 4,4 sampai 4,5. Sebab pada pH ini akan terbentuk titik isoelektris
protein sehingga terjadi penggumpalan dan terbentuk yoghurt yang dikehendaki.
Pada praktikum ini pH yang terbentuk lebih besar dari normal yang lebih asam.
Tetapi dalam praktikum ini sudah baik karena sudah mendekati pH yang benar. pH
yang dilakukan dalam praktikum menunjukan makin banyak konsentrasi bakteri yang
ditambah maka pH semakin basa, tetapi pada konsentrasi 0.9%, 1.0% menunjukan
tidak adanya perbedaan.
Uji organoleptik
Pada uji ini
ditujukan pada 20 orang panelis yang meliputi lima aspek yaitu warna, aroma,
rasa, flavor dan kesukaan. Uji ini dilakukan dengan uji scoring dan menggunakan
uji scoring dalam perhitungannya. Uji organoleptik penting ditujukan supaya kita
dapat tahu konsentrasi BAL 0.8%, 0.9%, 1.0% menyebabkan perbedaan di panelis
atau tidak. Table pada uji ini dilampirkan pada tabel 1.0
Uji warna
Pada pengujian
yang dilakukan, yoghurt memiliki warna putih seperti susu karena tidak
melakukan penambahan zat pewrna lain dalam pembuatannya. Pada konsentrasi BAL
0.8%, 0.9%, 1.0% tidak apa perbedaan yang nyata dalam perhitungannya itu
dikarenakan F hitung pada hasil uji coba lebih kecil dibandingkan dengan F
table 1% (lampiran table 2.1). ini menandakan bahwa konsentrasi BAL 0.8%, 0.9%,
1.0% tidak mempengaruhi dari segi warna terhadap panelis yang menilai.
Uji aroma
Yoghurt memiliki
aroma khas yang dihasilkan dari fermentasi bakteri asam laktat. Sama seperti
warna dari yoghurt tidak ada perbedaan yang nyata antar pemberian konsentrasi
bakteri karena F hitung lebih kecil dari F table 1%(table 2.2). Waktu yang sama
24 jam dalam memfermentasikan susu dan konsentrasi yang tidak berbeda jauh,
membuat panelis menganggap tidak ada perbedaan dari ketiga yoghurt yang
diberikan.
Uji rasa
Rasa
dalam yoghurt asam karena adanya proses fermentasi asam laktat yang membuat pH
menjadi turun. Pada organoleptiknya, F hitung rasa(tabrl 2.3 lampiran) lebih
besar dari F table 1%, ini menandakan bahwa ada perbedaan yang sangat nyata
antara konsentrasi bakteri yang disunakan dalam praktikum ini. Karena ada
perbedaan yang sangat nyata haruslah dilanjut dengan uji lanjut supaya dapat
membedakan adanya perbedaan antara konsentrasi 0.8% dan 0.9% atau konsentrasi
0.8% dan 1.0 % atau konsentrasi 0.9% dan 1.0%
LSD= (
, df error ) x


= 3,291 x 

= 3,291 x 0.19
= 0.65
Rataan sampel



i.
1
–
2
= 0,88 > LSD (Terdapat perbedaan yang sangat nyata antara sampel 1
dan sampel 2)


ii.
1
–
3
= 0.5 < LSD (tidak ada perbedaan
yang nyata antara sampel 1 dan sampel 3)


iii.
2
–
3
= 0,33 < LSD (Tidak ada perbedaan
yang nyata antara sampel 2 dan sampel 3)


Dari
perhitungan uji lanjut LSD yang mempunyai perbedaan sangat nyata adalah antara
konsentrasi 0.8% dan 0.9% dan selebihnya tidak ada perbedaan antara rasa dari
konsentrasi bakteri yang diberikan.
Uji flavor
Flavor adalah
kombinasi antara rasa dan aroma yang menciptakan sesuatu yang khas dari flavor
tersebut. Pada uji scoring sama seperti warna dan aroma, tidak ada perbedaan
antara konsentrasi bakteri yang diberikan pada praktikum ini.
Uji kesukaan
Kesukaan adalah
hal yang paling penting dalam pembuatan yoghurt, kalau panelis tidak menyukai
maka yoghurt telah gagal dibuat. Pada uji scoring tingkat kesukaan tiga sampel
tersebut menunjukan tidak adanya perbedaan yang nyata. Waktu yang sama dan
konsentrasi yang tidak berbeda jauh membuat panelis tidak terlalu membedakan
tingkat kesukaan dari yoghurt yang dibuat.
KESIMPULAN DAN
SARAN
1. Konsentrasi Bakeri Asam Laktat mempengaruhi kadar pH dari yoghurt
2. Tidak adanya perbedaan yang nyata antara penambahan konsentrasi bakteri
0.8%, 0.9%, dan 1.0% dalam segi warna aroma, flavor, dan kesukaan
3. Ada perbedaan yang sangat nyata pada rasa antara konsentrasi BAL
0.8%dan 0.9%
4. Waktu pembuatan harusnya disamakan antara setiap perlakuan(kelompok)
supaya tidak adanya perbedaan yang signifikan
DAFTAR
PUSTAKA
Titiek F Djafaar dan Endang S. Rahayu,
2006. Karakteristik Yogurt Dengan inokulum lactobacillusyang diisolasi dari
makanan fermentasi tradisional. Agros 8(1): 73.-80
Ekawati Purwijantiningsih, 2007.
Pengaruh Jenis Prebiotik terhadap kualitas yogurt probiotik. Biosta 12(3): 177-185
Elok Zubaedah, Joni Kusnandi, Ima
Andriastut, 2003. Pembuatan laru yoghurt dengan metode foam-mat: drying kajian penambahan
Busa putih telur terhadap sifat fisik dan kimia. Teknologi dan industry pangan
14(3).
Martina
Andriani; Lia Umi Khasanah. Kajian karakteristik fisiko kimia dan sensori
yoghurt Dengan penambahan ekstrak ubi jalar (ipomoea batatas l.)
O’leary, V. S.
dan Woychick, J. H.. 1976. A Comparison of Some Chemical Properties of Yoghurt
Made from Control and Lactose Trented Milk. Journal Food Sci (41):791- 796.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar