Minggu, 13 Desember 2015

PENYIMPANAN DALAM UDARA TERMODIFIKASI



                                                 I.         PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sayur dan buah merupakan salah satu hasil dari komoditi pertanian yang memiliki daya simpan yang pendek. Dalam upaya untuk meningkatkan keawetan atau umur simpan, diperlukan penanganan khusus pasca panen. Ada berbagai macam cara untuk mengawetkan produk hasil pertanian. Salah satu diantaranya adalah dengan pengemasan menggunakan

Pengemasan merupakan suatu pembungkusan yang dilakukan terhadap produk dengan tujuan agar produk tidak mudah rusak dan memiliki nilai sensoris yang baik. Salah satu bentuk perlakuan dari pengemasan yaitu pengemasan dengan udara termodifikasi.
Metode udara termodifikasi merupakan kombinasi antara pengendalian konsentrasi oksigen dan karbondioksida dengan mengatur kelembabanya. Penggunaan metode ini dapat memperpanjang umur simpan buah tomat tanpa menurunkan kulitas buah tersebut baik secara fisik maupun kimia.
Penyimpanan dengan udara termodifikasi merupakan pembaruan yang paling penting dalam penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran. Atmosfer yang mengelilingi produk sebagai atmosfer terkontrol di mana keadaan gas terus-menerus dikendalikan dan disesuaikan pada konsentrasi yang optimal. Maka dari itu untuk buah-buahan dan sayuran sangatlah penting untuk mendapatkan  perlakuan penyimpanan udara termodifkasi untuk menghambat terjadinya resiprasi sehingga akan memperpanjang umur simpan dari produk.

B.     Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah mengetahui pengaruh penyimpanan dalam udara termodifikasi terhadap umur simpan buah-buahan.


                                                                                                                                               II.            TINJAUAN PUSTAKA

Tomat (Lycopersicum esculentum) termasuk dalam genus Lycopersicum, famili Solanaceae dan merupakan tanaman semusim berbentuk perdu. Genus ini dibagi dalam dua subgenus berdasarkan warna buah, yaitu Eulycopersicum yang buahnya berwarna merah dan Eriopersicum yang buahnya berwarna hijau. Species L. esculentum merupakan tomat yang banyak dibudidayakan.
Bagian dari tanaman tomat yang dimanfaatkan untuk konsumsi segar adalah yang masih hidup, dimana hal tersebut ditandai dengan adanya respirasi sebagai cirri dari aktivitas metabolism tomat tersebut. Berlangsungnya respirasi bertujuan untuk mempertahankan hidup dari tomat tersebut, dimana dalam respirasi itu tomat mendapatkan energi. Pada` proses respirasi, karbohidrat dan senyawa kompleks lainnya dirombak menjadi bentuk karbohidrat yang lebih sederhana (gula) yang selanjutnya akan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Hasil dari respirasi ini berupa karbondioksida, panas, dan uap air. Apabila laju respirasi semakin tinggi maka semakin cepat pula perombakan-perombakan yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut. Air yang dihasilkan pada proses respirasi tersebut kemudian ditranspirasikan, apabila hal tersebut tidak dikendalikan maka produk menjadi cepat layu. Oleh karena itu, laju respirasi sering digunakan sebagai parameter yang baik untuk menentukan masa simpan pascapanen produk segar. Semakin tua sel-sel dalam suatu produk, maka laju respirasinya semakin menurun.
Tomat merupakan salah satu jenis buah yang memiliki pola respirasi klimaterik, yaitu respirasi dimana akan terjadi peningkatan laju respirasi dan produksi etilen pada`saat terjadi pemasakan. Pada awal proses pemasakan, respirasi akan meningkat sampai puncak klimaterik, sesudah itu berkurang perlahan. Respirasi klimaterik maksimal terjadi pada tomat tingkat merah jambu tua (Pantastico, 1986). Setelah buah tomat dipanen, buah ini masih mengalami respirasi dan transpirasi, meskipun sudah terpisah dengan tanaman hidupnya. Saat masih bersama tanaman induknya, kehilangan air karena respirasi dan transpirasi dapat digantikan dengan cairan yang ada dalam tanaman, namun setelah terlepas dari induknya, tidak ada pengganti kehilangan air tersebut sehingga akan terjadi penurunan kualitas(deteriorasi)
 Laju respirasi merupakan salah satu parameter kualitas buah tomat, apabila laju respirasinya tinggi, maka tomat akan banyak kehilanngan air, yang menyebabkan kenampakan menjadi kurang baik, selain itu juga nutrisi yang terkandung dalam buah tomat menjadi berkurang. Oleh karena itu, perlu upaya untuk menurunkan maupun menghambat laju respirasi dari buah tomat, slah satunya dengan penyimpanan menggunakan udara termodifikasi, yaitu dengan menurunkan kadar O2 dan meningkatkan kadar CO2. Selain itu dapat pula dengan menempatkan tomat pada lingkungan yang dapat menghambat laju respirasi buah tomat.
Selama pemasakan, secara umum buah – buahan mengalami perubahan – perubahan utama secara fisik dan kimia. Menurut Kays (1991) perubahan tersebut umumnya dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu perubahan tekstur, pigmentasi dan flavor.
Pada tekstur, menurunnya ketegaran buah atau melunaknya buah disebabkan oleh meningkatnya aktivitas enzim poligalakturonase yang mendegradasi dinding sel, selain itu juga disebabkan oleh perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut (Pantastico, 1986). Pelunakan terjadi selama proses pemasakan karena adanya perubahan turgor sel yang dipengaruhi oleh kadar air. Penurunan kadar air akibat transpirasi dapat menyebabkan rusaknya penampilan, kehilangan bobot, menurunnya kandungan nutrisi dan kualitas tekstur seperti pelunakan dan kehilangan kesegaran daging buah. Perubahan turgor sel disebabkan karena komposisi dinding sel buah berubah dari “firmness” menjadi lunak apabila buah menjadi masak, secara kimiawi, susunan dinding sel sangat komplek.
Pigmen yang terkandung dalam buah tomat, antara lain : likopen, b- karoten, xantofil dan klorofil. Perubahan warna tersebut terjadi oleh perombakan pigmen klorofil yang dibarengi dengan sintesis pigmen likopen sehingga warna buah menjadi kemerahan (Pantastico, 1986).
Usaha – usah untuk memperpanjang daya simpan buah – buahan telah lama dikerjakan. Pada prinsipnya ada tiga cara, yaitu:
1.            menghambat atau memperkecil penguapan atau respirasi, misalnya dengan pendinginan atau pelapisan lilin
2.            mencegah perkembangan mikroorganisme perusak, misalnya dengan pemakaian fungisida, irradiasi, pelapisan lilin dan penggunaan suhu rendah
3.            menghambat atau memperlambat proses pemasakan dengan metode pendinginan modifikasi atmosfer ruang simpan atau dengan perlakuan kimia.
Sedangkan menurut Liu (1999) ada beberapa macam cara penyimpanan yang dilakukan untuk mempertahankan kesegaran buah tomat, antara lain yaitu:
1.            Udara dingin biasanya digunakan pada rumah-rumah penyimpanan, atau di bawah tanah atau di gudang penyimpanan menggunakan udara dingin alami.
2.            Penyimpanan menggunakan lemari pendingin (cold storage) mengontrol suhu dan kelembaban udara.
3.            Penyimpanan dengan controlled atmosphere (CA) mengendalikan konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, sebagai tambahan untuk suhu dan kelembaban.
4.            Penyimpanan dengan modified atmosphere (MA) juga mengontrol konsentrasi oksigen dan karbondioksida, dengan menggunakan lembar polimer semipermiabel.
Pengendalian yang baik pada temperatur, kelembaban dan komposisi udara memaksimalkan umur simpan suatu produk. (Liu, 1999).
Modified Atmosfer Packaging  (MAP)
Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah teknik pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet. Industri industri pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya. Pengemasan atmosfir termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur simpan. MAP banyak digunakan dalam teknologi olah minimal buah-buahan dan sayuran segar serta bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-to eat).
Saat ini MAP telah berkembang dengan sangat pesat, hal ini didorong oleh kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat menghasilkan kemasan dengan permeabilitas gas yang luas serta tersedianya adsorber untuk O2, CO2, etilen dan air. Ahli-ahli pengemasan sering menganggap bahwa MAP merupakan satu dari bentuk kemasan aktif, karena banyak metode kemasan aktif juga memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan pangan. Ide penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang baru, tetapi keuntungan dari segi mutu dan nilai ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan terbaru dalam industri kemasan bahan pangan. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak mahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi.
Istilah lain dari kemasan aktif (active packaging) adalah smart, interactive, clever atau intelligent packaging. Defenisi dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai sebuah indicator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Kemasan akif disebut sebagai kemasan interaktif karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya.
Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai :
-            bahan penyerap O2 (oxygen scavangers)
-            bahan penyerap atau penambah (generator) CO2
-            ethanol emiters
-            penyerap etilen
-            penyerap air
-            bahan antimikroba
-            heating/cooling
-            bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan aroma/flavor
-            pelindung cahaya (photochromic)
Kemasan aktif juga dilengkapi dengan indikator- indikator yaitu :
-            time-temperature indicator yang dipasang di permukaan kemasan
-            indikator O2
-            indikator CO2
-            indikator physical shock (kejutan fisik)
-            indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang dihasilkan dari reaksi-reaksi kimia, enzimatis dan/atau kerusakan mikroba pada bahan pangan.
Jenis-jenis indikator ini disebut indikator ineraktif atau smart indicator karena dapat berinteraksi secara aktif dengan komponen-komponen bahan pangan. Alat pemanas pada microwave seperti susceptors dan metode pengaturan suhu lainnya juga dapat digunakan dalam metode pengemasan aktif.
Fungsi cerdik (smartness) yang diharapkan dari kemasan aktif saat ini adalah :
-            mempertahankan integritas dan mencegah secara aktif kerusakan produk (memperpanjang umur simpan)
-            Meningkatkan atribut produk (misalnya penampilan, rasa, flavor, aroma dan lain-lain)
-            Memberikan respon secara aktif terhadap perubahan produk atau lingkungan kemasan
-            Mengkomunikasikan informasi produk, riwayat produk (product history) atau kondisi untuk penggunanya.
-            Memudahkan dalam membuka produk untuk dikonsumsi.
Styrofoam
Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh publik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan.
Kemasan polistirena foam dipilih karena mampu mempertahankan pangan yang panas/dingin, tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan, dan inert terhadap keasaman pangan.  Karena kelebihannya tersebut, kemasan polistirena foam digunakan untuk mengemas pangan siap saji, segar, maupun yang memerlukan proses lebih lanjut. Banyak restoran siap saji menyuguhkan hidangannya de-ngan menggunakan kemasan ini, begitu pula dengan produk-produk pangan seperti mi instan, bubur ayam, bakso, kopi, dan yoghurt.
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95 persen polistirena dan 5-10 persen gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku, transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik.
Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan ren-dah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara lemak rendah atau tinggi. Kemasan polistirena  juga kini digunakan untuk kemasan yang kontak langsung dengan pangan berlemak seperti produk mengandung air, asam atau tidak asam, mengandung minyak atau lemak bebas atau berlebih, mengandung garam termasuk mengandung emulsi air dalam minyak dengan kandungan lemak rendah atau tinggi.
Pada umumnya, semakin rendah kerapatan foam, akan semakin tinggi kapasitas insulasinya. Simbol untuk kode identifikasi resinpolistirena yang dikembangkan oleh American Society of the Plastics Industry (SPI) adalah (logo panah memutar), simbol ini menyatakan jenis plastiknya (polistirena, PS) dan mempermudah proses daur ulang.

   III.         METODE KERJA
A. Alat dan Bahan

Alat     :
·         Timbangan
·         Steroform
·         Plastik penutup
·         Selotip
·         Label
·         Injektor gas

Bahan :
·         Tomat

B.  Cara Kerja
Kontrol
1.      Mengambil 5 butir tomat
2.      Menimbang steroform, lalu dimasukkan 5 butir tomat, kemudian ditimbang.
3.      Meletakan di udara terbuka.
4.      Memberikan label dengan keterangan nama kelompok dan jenis perlakuan.
5.      Melakukan pengamatan terhadap tomat (0 hari,2 hari, 4 hari, 6 hari).
6.      Membandingkan dengan perlakuan yang lain.

Pasif
1.      Mengambil 5 butir tomat.
2.      Menimbang steroform.
3.      Menimbang plastik penutup (straight film).
4.      Mengisi 5 butir tomat dalam kemasan.
5.      Mengemas tomat kemudian ditimbang.
6.      Memberi label nama kelompok dan jenis perlakuan.
7.      Melakukan pengamatan (0 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari).
8.      Membandingkan dengan perlakuan yang lain.

Aktif
1.      Mengambil 5 butir tomat.
2.      Menimbang steroform.
3.      Menimbang plastik penutup (straight film).
4.      Mengisi 5 butir tomat dalam kemasan.
5.      Mengemas tomat kemudian ditimbang.
6.      Melakukan penyedotan udara dalam kemasan.
7.      Memberi udara termodifikasi dengan konsentrasi O2 10 %, CO2 5 %, N2 85 %.
8.       Memberi label nama kelompok dan jenis perlakuan.
9.      Melakukan pengamatan (0 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari).
10.  Membandingkan dengan perlakuan yang lain.










                      IV.            DATA PENGAMATAN

Hari ke
Perlakuan
Berat Buah
Berat buah + kemasan
Susut Bobot (gram)
Susut Bobot (%)
Warna
Perubahan
0
Kontrol
29,8157
33,2165
-
-
Kuning kehijauan
-

Aktif
36,42
39,97
-
-
Hijau
-

Pasif
36,1
39,50
-
-
Hijau kekuningan
-
2
Kontrol
29,049
32,45
0,77
2,58
Kuning orange
Lembek teksturnya, agak busuk

Aktif
36,17
39,72
0,25
0,69
Hijau
Masih Keras

Pasif
35,63
39,03
0,47
1,301
Hijau Kekuningan
Tekstur Agak Lunak
4
Kontrol
27,52
30,50
2,29
7,70%
Orange
Lembek, Busuk

Aktif
34,15
38,91
2,27
6,23%
Hijau muda
Lunak

Pasif
33,61
37,22
2,49
6.89 %
Hijau kuning muda
Lunak
6
Kontrol
24,79
28,2
5,03
14,63
Orange kemerahan
Busuk

Aktif
33,5
37,05
2,92
8,08
Hijau Kekuningan
Agak Lunak

Pasif
32,98
36,48
3,12
8,64
Kuning Kehijauan
Lunak





                                   V.            PEMBAHASAN

Dalam praktikum Teknologi Pascapanen dan Pengemasan kali ini dilakukan penyimpanan buah termodifikasi. Buah yang digunakan adalah buah tomat yang dikemas dengan menggunakan palstik wrapping dan diletakkan pada nampan stereoform. Untuk memperlambat kemunduran pasca panen komoditas buah-buahan diperlukan suatu cara penanganan dan perlakuan yang dapat menurunkan respirasi dan transpirasi sampai batas minimal dimana produk tersebut masih mampu melangsungkan aktivitas hidupnya. Pengemasan dengan plastik film adalah salah satu cara untuk menurunkan respirasi untuk produk hortikultura segar. Dengan kemasan plastik untuk produk segar tersebut dapat menyebabkan adanya perubahan atau modifikasi konsentrasi CO2 dan O2 sekitar produk di dalam kemasan, dimana konsentrasi CO2 akan meningkat dan O2 menurun akibat interaksi dari respirasi komoditi yang dikemas dan permeabilitas bahan kemasan terhadap kedua gas tersebut.
. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya respirasi sehingga substrat yang dibongkar menjadi lebih sedikit dan buah menjadi lebih awet.
Ada tiga perlakuan dalam praktikum kali ini yaitu kontrol, Modified Atmospher Packaging (MAP) pasif dan juga MAP aktif. Untuk kontrol, buah tidak dikemas sama sekali dan dibiarkan saja pada udara terbuka. Sedangkan untuk MAP pasif, buah dikemas tanpa pengaturan udara pada awal penyimpanan. Dan untuk MAP aktif, buah dikemas dan udara di dalam pengemas dimodifikasi.
Pengamatan dilakukan selama lima hari. Pada hari ke 0, kontrol memiliki berat buah 29,8157 gram dan warna  kuning kehijauan. Sedangkan untuk MAP pasif, berat buah tomat yaitu 36,1 gram dan memiliki warna hijau kekuningan. MAP aktif berat buahnya adalah 36,42 gram dan berwarna hijau. Pada hari ke 2, dilakukan penghitungan susut bobot dimana untuk perlakuan kontrol mengalami susut bobot 0,77 gram atau 2,58% dan warnanya meningkat menjadi warna kuning orange serta teksturnya menjadi lebih lunak. Untuk MAP pasif mengalami susut bobot sebesar 0,47 gram (1,301%) dan warna meningkat menjadi lebih kuning dan teksturnya menjadi lebih lunak  dibandingkan dengan hari ke 0, untuk MAP aktif mengalami susut bobot sebesar 0,25 gram (0,69%) dan warna tetap hijau dan teksturnya masih keras atau tidak mengalami perubahan. Dari ketiga perlakuan tersebut, pada hari pertama terlihat jelas bahwa susut bobot yang paling besar terjadi pada kontrol, yang kemudian diikuti oleh MAP aktif dan yang terakhir yaitu MAP pasif. Untuk segi warna, pengemasan dengan menggunakan MAP aktif lebih mampu mempertahankan warnanya dibandingkan dengan MAP pasif dan kontrol.
Pada hari ke 4 terjadi susut bobot total sebesar 2,29gram (7,70%) pada perlakuan kontrol dan wrananya berubah menjadi orange. cairan dari dalam buah sudah mulai keluar walaupun jumlahnya sedikit, dan dari tekstur sudah menunjukan lembek dan busuk. Untuk MAP aktif, susut bobotnya yaitu 2,27gram (6,23%). Warna buah tomat pada MAP aktif yaitu hijau muda, dan tekstur mulai lunak. Sedangkan untuk MAP pasif  mengalami susut bobot 2,49 gram (6,89%) dan berwarna Hijau kuning muda, teksturnya mulai lunak.
Pada hari keenam, untuk perlakuan control sudah mengalami kebusukan, sedangkan perlakuan pasif mengalami susut bobot sebesar 3,12 gram atau sekitar8,64% dengan tekstur yang sudah lunak serta warna akhir yaitu kuning kehijauan. Sedangkan untuk perlakuan aktif mengalami susut bobot sebesar2,92 gram atau sekitar 8,08% dengan tekstur tomat yang agak lunak serta warna berubah menjadi hijau agak kekuningan.
Dari deskripsi di atas, jelas terlihat bahwa buah yang dibiarkan begitu saja tanpa pengemasan (kontrol) mengalami susut bobot yang paling besar setiap harinya, yang diikuti oleh MAP pasif dan kemudian MAP aktif. Pada MAP aktif, dari awal pengemasan kecepatan respirasi sudah berjalan lambat sehingga umur simpan menjadi panjang. Penggunaan substrat lebih hemat dan cadangan substrat masih banyak. Hal ini menyebabkan MAP aktif lebih mampu mempertahankan warna dibandingkan dua perlakuan lainnya. Susut bobot MAP aktif juga lebih kecil dibandingkan dengan MAP pasif maupun kontrol. Namun perbedaan susut bobotnya tidak terlalu signifikan.
MAP pasif dapat meminimalkan susut bobot dikarenakan permeabilitas dari kemasan. Produk di dalam kemasan mengalami respirasi dan mengambil O2 dari dalam kemasan sehingga jumlah O2 di dalam kemsan berkurang. Akibatnya O2 dari luar akan menembus ke dalam kemasan untuk melakukan keseimbangan, tetapi perpindahannya terhambat karena permeabilitas dari kemasan. O2 dari dalam kemasan jumlahnya lebih sedikit sehingga respirasi berjalan lambat. Suatu saat terjadi keseimbangan antara jumlah O2 yang bisa masuk ke film kemasan dengan jumlah O2 dari hasil respirasi. sehingga kecepatan respirasi stabil (steady state) dan berjalan pelan. Jika respirasi lambat maka substrat yang dibongkar untuk metabolisme menjadi sedikit sehingga produk awet. Begitu juga untuk CO2, respirasi di dalam kemasan akan mengahsilkan CO2. akibatnya CO2 di dalam kemasan akan meningkat sehingga melakukan kesetimbangan dengan udara luar. Jumlah CO2 meningkat menyebabkan tekanan parsial CO2 di dalam kemasan lebih tinggi sehingga ada perpindahan CO2 dari dalam kemasan ke luar kemasan. Tetapi perpindahan CO2 terhambat oleh permeabilitas kemasan. Akibatnya jumlah CO2 lebih tinggi, dan suatu saat akan tejadi kesetimbangan antar jumlah CO2 yang di dalam kemasan dengan yang di luar kemasan. Karena kecepatan respirasi berjalan lambat, maka CO2 yang dihasilkan juga semakin sedikit.
Menurut Tranggono dan Sutardi (1990), mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif dan menurunkan suhu udara.
Apabila konsentrasi CO2 dalam atmosfer bertambah, jumlah CO2  yang terlarut dalam sel atau tergabung dengan beberapa zat penyusun sel pun meningkat. Menurut Soudain (1972) kandungan CO2 dalam sel yang tinggi mengarah ke perubahan – perubahan fisiologi berikut:
1.         penurunan reaksi – reaksi sintesis pematangan (misalnya protein, zat warna)
2.         penghambatan beberapa kegiatan enzimatik
3.         penurunan produksi zat – zat atsiri
4.         gangguan metabolisme asam organik, terutama penimbunan asam suksinat
5.         kelambatan pemecahan zat – zat pektin
6.         penghambatan sintesis klorofil dan penghilangan warna hijau
7.         perubahan perbandingan berbagai gula
Konsentrasi Oksigen yang rendah juga harus dipertahankan. Konsentrasi O2 yang rendah mempunyai beberapa pengaruh antara lain laju respirasi dan oksidasi substrat menjadi menurun, pematangan buh menjadi tertunda yang mana menjadikan umur komoditi menjadi panjang, selain itu juga dapat berperan dalam perombakan klorofil yang tertunda, total produksi dari C2H4 rendah, serta laju pembentukan asam askorbat menjadi berkurang sehingga pematangan buah menjadi tertunda (Pantastico, 1986).
Akan tetapi pada dasarnya, proses metabolisme yang terjadi pada buah tomat ternyata sangat kompleks. Baik pengendalian kadar oksigen maupun kadar karbondioksidapun tidak secara menyeluruh akan menghasilkan produk tomat yang awet dan kualitasnya baik. Hal ini terbukti dengan timbulnya rasa dan bau yang tidak dikehendaki, kegagalan untuk menjadi lunak seperti semestinya, bahkan kerusakan jaringan menyerluruh sebelum proses – proses pematangan yang normal selesai seluruhnya (Claypool dan Allen, 1947).
Kegunaan CO2 berbanding terbalik dengan O2. Beberapa interaksi yang ditemukan adalah sebagai berikut:
1.         kehilangan bobot menurun bila O2 berkurang dan CO2 bertambah
2.         warna hijau dipertahankan pada kandungan O2 rendah, tapi tidak terpengaruh dengan kandungan CO2 tinggi
3.         antara ketegaran dan konsentrasi O2 terdapat korelasi negatif, tapi CO2 mempunyai pengaruh berlawanan
4.         lonyoh berkurang dengan penurunan kadar O2, tapi CO2 cenderung melawan pengaruh O2 yang melunakkan itu

                      VI.            SIMPULAN

A.  Simpulan
Buah tomat yang disimpan dengan perlakuan udara termodifikasi aktif memiliki masa simpan yang lebih lama daripada yang disimpan pada udara tebuka maupun tanpa modifikasi atmosfir. Hal tersebut dikarenakan jumlah komposisi udara pada atmosfir termodifikasi dapat menghambat respirasi sehingga buah tomat lebih awet dan mutu serta kualitasnya dpat dipertahankan.
B.  Saran
Pengemasan dengan plastik wrapping sebaiknya dilakukan serapat mungkin agar hasil dari buah yang dikemas lebih maksimal dari baik segi daya simpan maupun mutu buah tomat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar