I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kue
kering yang juga
sering disebut cookies
berasal dari kata
koekie yang arti small
cake. Bahan dan cara pembuatan kue kering memang tidak
jauh berbeda dengan cara membuat
cake. Meskipun begitu, di Indonesia sebutan
cookies malah menjadi kue kering, karena rasanya yang memang renyah dan
kering. Kue kering tidak sama dengan biskuit.
Membuat kue kering sekilas tampaknya
amat mudah. Semua bahan dicampur lalu dibentuk dan dioven. Padahal prosesnya tak semudah
itu. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dan lakukan
agar kue kering tidak sekadar
jadi, tetapi enak
rasanya. Pemahaman bahan dan karakternya
akan membantu menciptakan
kue kering yang
lezat. Teknik pembuatan kue juga
akan banyak menolong saat menemukan kegagalan waktu membuat kue kering.
Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah sangat mengenal Butter Cookies, Cookies ini merupakan
salah satu jenis kue kering yang cukup sering dikonsumsi oleh masyarakat di
Indonesia terutama pada hari raya keagamaan atau hari-hari tertantu. Umunya
bentuk Butter Cookies hampir sama
antar merek dagang atau home industri. Perlu dilakukan modifikasi bentuk untuk
menghilangakn rasa jenuh masyarakat terhadap kue Butter Cookies, selain itu
modifiksi juga untuk menarik minat masyarakat yang lebih, serta meningkatkan
pendapatan produksi.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut SNI 01-2973-1992, cookies merupakan salah satu
jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relative
renyah bila dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur padat (BSN, 1992).
Cookies dengan penggunaan tepung non-terigu biasanya termasuk ke dalam golongan
short dough. Biskuit yang tergolong sebagai short dough berbeda dengan biskuit
golongan lainnya. Biskuit golongan ini terbuat dari adonan yang kurang elastis
dan kurang mengembang. Jumlah lemak dan gula di dalam adonan memberikan
plastisitas dan kesatuan adonan tanpa adanya atau sedikit sekali pembentukan
jaringan gluten. (Pembahasan tentang Biscuit dapat dilihat pada akhir bab ini).
Cookies yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu
yang ditetapkan agar aman untuk dikonsumsi. Syarat mutu cookies yang digunakan
merupakan syarat mutu yang berlaku secara umum di Indonesia berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI 01-2973-1992), seperti tercantum pada tabel berikut
ini:
Tabel. 17.1: Syarat Mutu
Cookies menurut SNI 01-2973-1992 (BSN, 1992)
Kriteria Uji
|
Klasifikasi
|
Kalori (Kalori/100 gram)
Air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Abu (%)
Serat kasar (%)
Logam berbahaya
Bau dan rasa
Warna
|
Minimum 400
Maksimum 5
Minimum 9
Minimum 9.5
Minimum 70
Maksimum 1.5
Maksimum 0.5
Negatif
Normal dan tidak tengik
Normal
|
Bahan yang digunakan
dalam pembuatan cookies dibedakan menjadi bahan pengikat (binding material)
dan bahan pelembut (tenderizing material). Bahan pengikat terdiri dari
tepung, air, susu bubuk, putih telur, dan cocoa, sedangkan bahan pelembut
terdiri dari gula, lemak atau minyak (shortening), bahan pengembang, dan
kuning telur
1. Tepung
Terigu
Tepung
terigu adalah salah satu bahan yang mempengaruhi proses pembuatan adonan dan
menentukan kualitas akhir produk berbasis tepung terigu. Tepung terigu lunak
cenderung membentuk adonan yang lebih lembut dan lengket. Fungsi tepung sebagai
struktur cookies. Sebaiknya gunakan tepung terigu protein rendah (8-9%). Warna
tepung ini sedikit gelap, jika menggunakan tepung terigu jenis ini akan
menghasilkan kue yang rapuh dan kering merata.
2. Gula
Gula
merupakan bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan cookies. Jumlah gula yang
ditambahkan biasanya berpengaruh terhadap tesktur dan penampilan cookies.
Fungsi gula dalam proses pembuatan cookies selain sebagai pemberi rasa manis,
juga berfungsi memperbaiki tesktur, memberikan warna pada permukaan cookies,
dan mempengaruhi cookies. Meningkatnya kadar gula di dalam adonan cookies, akan
mengakibatkan cookies menjadi semakin keras. Dengan adanya gula, maka waktu
pembakaran harus sesingkat mungkin agar tidak hangus karena sisa gula yang
masih terdapat dalam adonan dapat mempercepat proses pembentukan warna.
Jenis
gula yang umum digunakan:
·
Gula bubuk (icing sugar) = untuk adonan lunak.
·
Gula kastor = gula pasir yang halus
butirannya.
Jenis
gula lain yang dapat digunakan untuk memberikan karakteristik flavor yang
berbeda, antara lain: madu, brown sugar, molase, malt dan sirup jagung
(penjelasan tentang bahan lebih jelasnya dapat dilihat pada bab II).
Cookies
sebaiknya menggunakan gula halus atau tepung gula. Jenis gula ini akan
menghasilkan kue berpori-pori kecil dan halus. Di dalam pembuatan adonan
cookies, gula berfungsi sebagai pemberi rasa, dan berperan dalam menentukan
penyebaran dan struktur rekahan kue. Untuk cookies, sebaiknya menggunakan gula
halus karena mudah di campur dengan bahan-bahan lain dan menghasilkan tekstur
kue dengan pori-pori kecil dan halus. Sebaliknya tekstur poripori yang besar
dan kasar akan terbentuk jika menggunakan gula pasir. Gunakan gula sesuai
ketentuan resep, pemakaian gula yang berlebih menjadikan kue cepat menjadi
browning akibat dari reaksi karamelisasi. Dampak yang lain kue akan melebar
sewaktu di panggang Industri cookies biasanya menggunakan gula cair. Keuntungan
dari gula cair adalah bisa ditimbang lebih akurat dan lebih efisien karena
tahap awal dari proses produksi, yaitu pelarutan gula sudah dilakukan sebelum
proses pembuatan adonan dimulai. Gula cair biasanya terdiri dari 67% padatan
dan mengandung kurang dari 5% gula invert untuk menghindari kristalisasi. Gula
cair ini disimpan pada suhu ruang dan karena konsentrasinya yang cukup tinggi,
timbulnya jamur juga dapat dicegah.
Sirup
sukrosa; adalah sirup yang merupakan campuran dari sukrosa dan invers sirup.
Sirup yang bisanya digunakan dalam industri biscuit atau cookies mempunyai 60%
padatan sebagai invers, 40% sebagai sukrosa dan 1% - 2% adalah bahan organik.
pH dari invers sirup biasanya 5.5, dan dipertahankan pada suhu 400ºC agar mudah
dipompa. Madu; adalah jenis sirup yang sangat istimewa dan paling mahal
digunakan dalam industri biscuit/ cookies. Madu digunakan biasanya karena
flavornya yang spesifik.
3. Lemak
Lemak
merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan cookies. Kandungan lemak
dalam adonan cookies merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada
variasi berbagai tipe cookies. Di dalam adonan, lemak memberikan fungsi
shortening dan fungsi tesktur sehingga cookies/biskuit menjadi lebih lembut.
Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pemberi flavor. Selama proses
pencampuran adonan, air berinteraksi dengan protein tepung terigu dan membentuk
jaringan teguh serta berpadu. Pada saat lemak melapisi tepung, jaringan
tersebut diputus sehingga karakteristik makan setelah pemanggangan menjadi
tidak keras, lebih pendek dan lebih cepat meleleh di dalam mulut. Lemak yang
biasanya digunakan pada pembuatan cookies adalah mentega (butter) dan margarin.
Gunakan lemak sebanyak 65 – 75 % dari jumlah tepung. Prosentase ini akan
menghasilkan kue yang rapuh, kering, gurih dan warna kue kuning mengkilat.
Untuk mendapatkan rasa dan aroma dalam pembuatan cookies dan biskuit, mentega
dan margarin dapat dicampur, pergunakan mentega 80% dan margarin 20%,
perbandingan ini akan menghasilkan rasa kue yang gurih dan lezat. Jangan
menggunakan lemak berlebihan, akibatnya kue akan melebar dan mudah hancur,
sedangkan jumlah lemak terlalu sedikit akan menghasilkan kue bertekstur keras
dengan rasa seret dimulut.
Margarin
cenderung lebih banyak digunakan pada pembuatan cookies karena harganya relatif
lebih rendah dari butter. Fungsinya untuk menghalangi terbentuknya gluten.
Lemak mungkin adalah bahan yang paling penting diantara bahan baku yang lain
dalam industry cookies/biskuit. Dibandingkan dengan terigu dan gula, harga
lemak yang paling mahal. Oleh karena itu, penggunaannya harus benar-benar
diperhatikan untuk memperoleh produk yang berkualitas dengan harga yang
terjangkau. Lemak digunakan baik pada adonan, disemprotkan dipermukaan biscuit/
cookies, sebagai isi krim dan coating pada produk biskuit cokelat. Tentu saja untuk
setiap fungsi yang berbeda dipergunakan jenis lemak yang berbeda pula.
4. Telur
Telur
berpengaruh terhadap tekstur produk patiseri sebagai hasil dari fungsi
emulsifikasi, pelembut tekstur, dan daya pengikat. Penggunaan kuning telur
memberikan tekstur cookies yang lembut, tetapi struktur dalam cookies tidak
sebaik jika digunakan keseluruhan bagian telur. Merupakan pengikat bahan-bahan
lain, sehingga struktur cookies lebih stabil. Telur digunakan untuk menambah
rasa dan warna. Telur juga membuat produk lebih mengembang karena menangkap
udara selama pengocokan. Putih telur bersifat sebagai pengikat/ pengeras.
Kuning telur bersifat sebagai pengempuk.
5. Susu
Skim
Susu
skim berbentuk padatan (serbuk) memiliki aroma khas kuat dan sering digunakan
pada pembuatan cookies. Skim merupakan bagian susu yang mengandung protein
paling tinggi yaitu sebesar 36.4%. Susu skim berfungsi memberikan aroma,
memperbaiki tesktur dan warna permukaan. Laktosa yang terkandung di dalam susu
skim merupakan disakarida pereduksi, yang jika berkombinasi dengan protein
melalui reaksi maillard dan adanya proses pemanasan
akan
memberikan warna cokelat menarik pada permukaan cookies setelah dipanggang.
6. Garam
Garam
ditambahkan untuk membangkitkan rasa lezat bahan-bahan lain yang digunakan
dalam pembuatan cookies. Sebenarnya jumlah garam yang ditambahkan tergantung
kepada beberapa faktor, terutama jenis tepung yang dipakai. Tepung dengan kadar
protein yang lebih rendah akan membutuhkan lebih banyak garam karena garam akan
memperkuat protein. Faktor lain yang menentukan adalah formulasi yang dipakai.
Formula yang lebih lengkap akan membutuhkan garam yang lebih banyak (Hanafi,
1999).
7. Bahan
Pengembang (leavening agents)
Kelompok
leavening agents (pengembang adonan) merupakan kelompok senyawa kimia yang akan
terurai menghasilkan gas di dalam adonan. Salah satu leavening agents yang
sering digunakan dalam pengolahan cookies adalah baking powder. Baking powder
memiliki sifat cepat larut pada suhu kamar dan tahan selama pengolahan.
Kombinasi sodium bikarbonat dan asam dimaksudkan untuk memproduksi gas
karbondioksida baik sebelum dipanggang atau pada saat dipanaskan dioven. Bahan
pengasam yang digunakan tidak selalu berupa asam, yang penting dapat memberikan
ion hydrogen (H+) supaya dapat melepas CO2 dari NaHCO3, misalnya garam
alumunium-sulfat bila bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfat.
Pereaksi asam yang digunakan adalah garam asam dari asam tartarat, asam fosfat,
atau senyawa alumunium. Fungsi bahan pengembang adalah untuk meng“aerasi”
adonan, sehingga menjadi ringan dan berpori, menghasilkan cookies yang renyah
dan halus teksturnya.
8. Bahan
Tambahan Cookies
a.
Macam-macam kacang (kacang tanah, kacang almond, kacang mete dan lain- lain)
b. Rempah-rempah
c. Cokelat (pasta atau
bubuk)
d. Buah-buahan
e. Essence
f. Pewarna makanan
Seperti
telah disebutkan sebelumnya, bahwa selain bahan baku utama di atas digunakan
pula emulsifier (biasanya lecithin) untuk menstabilasi emulsi yang terjadi
antara lemak dan air pada adonan. Pemakaian bahan pengembang juga bisa tunggal
ataupun berupa kombinasi dari berbagai macam pengembang. Yang harus diperhatikan
pada pemakaian pengembang ini adalah karena pengembang akan meninggalkan residu
dalam adonan yang akan mempengarui pH akhir adonan dan berpengaruh terhadap
rasa dari produk. Bahan pengembang yang sering digunakan adalah sodium
bikarbonat dan ammonium bikarbonat.
III.
PEMBAHASAN
Tahapan pembuatan kue kering meliputi pembentukan
krim, pembentukan adonan, pencetakan, pemanggangan, pendinginan, dan
pengemasan. Agar semua bahan tercampur merata dalam adonan maka mentega dibuat
krim terlebih dahulu bersama gula, telur, dan susu skim. Selanjutnya, krim
dicampur hingga homogen dengan tepung dan bahan lainnya. Setelah homogen,
adonan dicetak.
Tahap akhir pembuatan kue kering adalah pembakaran. Setiap
jenis cookies memerlukan suhu dan lama pembakaran yang berbeda untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Semakin besar cookies yang dicetak semakin lama
pembakarannya dan suhu pembakaran tidak boleh terlalu panas. Suhu pembakaran
pada cookies yang umum 160-200oC dengan lama pembakaran 10 -15
menit, atau lebih lama.
Pengaruh gula pada cookies adalah semakin sedikit kandungan gula
dan lemak dalam adonan, suhu pemanggangan dapat dibuat lebih tinggi (177-204oC).
Suhu dan lama waktu pemanggangan akan mampu mempengaruhi kadar air cookies
dimasukkan karena bagian luar akan terlalu cepat matang. Hal ini dapat
menghambat pengembangan dan permukaan cookies yang dihasilkan menjadi
retak-retak. Selain itu adonan juga jangan mengandung terlalu banyak gula
karena akan mengakibatkan cookies terlalu keras atau terlalu manis. Cookies
yang dihasilkan segera didinginkan untuk menurunkan suhu dan pengerasan cookies
akibat memadatnya gula dan lemak.
Kriteria uji fisik (bau, rasa, warna, dan tekstur) cookies
harus normal, artinya bau khas kue kering sesuai dengan bahan kue yang digunakan,
rasa enak, warna sesuai dengan zat pewarna yang ditambahkan, dan tekstur
renyah, tidak mudah hancur, tetapi tidak keras. Secara umum, keadaan fisik kue
kering tersebut sesuai aslinya.
PRINSIP PEMBUATAN KUE KERING
(COOKIES)
Prinsip dasar
pembuatan kue kering terdiri dari beberapa tahap yaitu : mengocok adonan,
mencetak adonan, memberi hiasan, dan memanggang kue kering.
1. Mengocok Adonan
Gunakan mixer dengan kecepatan sedang (kecuali resep
mensyaratkan lain) untuk mengocok mentega dan gula hingga larut. Baru masukkan
telur satu persatu sesuai resep. Pada tahap ini turunkan kecepatan mixer.
Jangan terlalu lama mengocoknya cukup sampai adonan tercampur dan telur tak
perlu mengembang. Matikan mixer. Masukkan bahan lain dan aduk secukupnya dengan
spatula hingga rata Tips mengocok adonan: Jangan mengocok dan mengaduk adonan
kue terlalu lama karena kue akan keras/bantat. Untuk kue-kue yang tidak
mensyaratkan pemakaian mixer/kocokan, gunakan pisau pastry atau ujung jari saja
untuk mengaduk bahan hingga berbentuk butiran kasar. Tipe adonan seperti ini
jangan diuleni dengan tangan terlalu keras agar kue kering tidak keras/bantat
Adonan yang telah dibuat dan belum sempat dipanggang bisa bertahan 24 jam di
dalam kulkas. Kalau adonan dibekukan di freezer tahan hingga 3 bulan. Bungkus
dulu dengan plastik lengket atau alumunium foil, baru simpan di kulkas atau
freezer.
2. Mencetak Adonan
Mencetak adonan pengertiannya adalah membuat bentuk
kue kering. Teknik yang gampang adalah buat lembaran, ratakan adonan di loyang,
panggang hingga setengah matang, keluarkan dari oven, buat keratan dengan pisau
tajam hingga berbentuk batang atau bar. Oven kembali hingga matang. Jika
keratan dibuat setelah matang, ada peluang kue kering hancur atau patah. Bentuk
lain yang mudah adalah drop atau membentuk bulatan dengan 2 sendok teh dan
letakkan adonan pada loyang. Hasilnya nanti kue kering akan memipih seperti
setetes air jatuh. Itu kenapa dinamakan drop. Usahakan banyaknya adonan yang
diambil tiap sendoknya sama agar hasil kue kering seragam.
Selain itu kita bisa mempergunakan
kantong segitiga untuk mendorong adonan dengan spuit aneka bentuk sesuai
selera. Perlu ketrampilan untuk mencetak kue kering dengan teknik ini. Kalau
tidak, besar kecilnya kue kering bisa tidak seragam, dan bentuknya pun
potensial tidak beraturan. Biasanya dengan berlatih mencetak kue kering dengan
spuit ini cukup menyenangkan dan cepat.
Saat ini di toko kue bahkan pasar tradisional juga
banyak dijual cetakan-cetakan figurin, terbuat dari logam atau plastik. Jadi
kita bisa menggilas adonan hingga ketebalan yang diinginkan, terus tekan-tekan
saja cetakan ke adonan. Biasanya dengan teknik ini akan ada sisa di antara
bentuk cetakan.
3. Memberi Hiasan
Adakalanya setelah kue dicetak, kita ingin
menghiasnya agar tampilan lebih menarik. Teknik menghias biasanya dilakukan
dengan dua cara: hias sebelum dioven, dan hias setelah dioven matang. Hiasan
sebelum dioven biasanya berupa taburan, baik kacang, wijen, maupun keju. Olesi
dulu permukaan kue kering dengan telur yang telah dikocok lepas, baru beri
taburan. Teknik menghias setelah dioven antara lain adalah hiasan dengan gula
icing, permen dan celup cokelat. Hias kue sesaat sebelum disajikan agar
bentuknya tetap indah dan menggiurkan.
4. Memanggang
Untuk memanggang gunakan loyang
datar tanpa pinggiran atau pinggiran pendek saja (sekitar 2 cm), agar panas
oven merata ke semua area loyang. Gunakan loyang berwarna terang atau mengkilat.
Loyang gelap lebih menyerap panas hingga kue kering gampang gosong. Olesi
loyang dengan mentega/margarin tipis-tipis sebelum digunakan untuk memanggang.
Satu lagi, pastikan loyang dalam keadaan dingin ketika adonan diletakkan agar
kue kering tidak melelh dan tak berbentuk. Untuk bentuk drop, spuit atau
cetakan, letakkan adonan berjarak sekitar 2-3 cm antar adonan. Ini memberikan
ruang untuk adonan mengembang. Kue kering jadi tidak saling lengket.
Memanggang atau mengoven kue kering
mudah saja. Nyalakan oven minimal 15 menit sebelum digunakan. Suhu untuk
mengoven kue kering antara 160-170 derajat Celsius. Lama waktu memanggang
antara 20-25 menit. Meski demikian ada juga kue kering yang butuh panas lebih
rendah, tentu dengan waktu memanggang lebih lama.
Kadang, meski sudah dipanggang
sesuai waktu yang dibutuhkan, tapi kue kering seperti belum kering betul. Kalau
sudah begini, keluarkan saja kue kering dari oven, tapi biarkan tetap dalam
loyang. Pematangan masih berlangsung sampai loyang dingin. Kalau mau lebih
renyah, panggang kue dua kali. Jadi setelah kue dikeluarkan dari oven, biarkan
dingin, panggang kembali sekitar 5 menit. Keluarkan, tiriskan kue di rak kawat
hingga benar-benar dingin baru masukkan stoples atau wadah kedap udara.
Bila
kue kering lembek sebelum disajikan, panggang lagi saja dalam oven. Taruh kue
dalam loyang, agak berdekatan tidak apa-apa karena kue sudah tidak mengembang
lagi. Loyang juga tak perlu diolesi mentega/margarin lagi. Dengan memahami
bahan dan teknik pembuatan kue kering, kita sekarang bisa leluasa berkreasi.
PENGEMBANGAN KUE KERING (COOKIES)
Kue kering dapat
dikembangkan dari berbagai sisi, misalnya dari bentuk, rasa, isi, bahan baku,
dan sebagainya.
·
Pengembangan bentuk, misalnya kastengels yang
bentuk dasarnya adalah panjang dengan
diameter sekitar 1,5 cm diubah menjadi bentuk lain yang variatif seperti
bintang atau segitiga.
·
Pengembangan rasa, misalnya kastengels dengan
rasa asli keju dapat dibuat dengan tambahan cabe bubuk atau peterseli cincang.
·
Pengembangan isi, misalnya nastar yang biasanya
diisi selai nanas dapat dibuat dengan diisi coklat dan ditaburi keju.
·
Pengembangan bahan baku, misalnya tepung terigu
diganti dengan tepung singkong, mentega diganti dengan ampas minyak.
PENYAJIAN KUE KERING (COOKIES)
Karakteristik kue kering yaitu
mempunyai tekstur kering dan umumnya dengan teknik pengolahan digoreng dan
dibakar. Dalam penataan dan penyajiannya sedikit berbeda dengan kue basah,
yaitu sebagai berikut:
Pada kue kering berbentuk besar
dapat disajikan utuh atau telah dipotong-potong. Hal ini disesuaikan dengan
jenis dan tujuan acara. Untuk kue yang berbentuk utuh dapat digunakan wadah
berupa tampah. Tampah terlebih dahulu diberi styrofoam dan dibungkus dengan
kertas timah (aluminium foil). Kemudian tampah dihias dengan guntingan kertas
roti yang menarik atau kertas minyak berwarna-warni. Atau dapat juga dengan
kertas dekorasi yang telah jadi dan siap beli.
Bila menggunakan piring ceper besar
bermotif atau tidak bermotif, piring cukup dialas dengan kertas roti atau
kertas dekorasi siap beli. Letakkan kue utuh diatasnya, lalu di beri hiasan
berupa potongan daun pandan, daun mint atau buah cherry.
Untuk kue yang berbentuk kecil atau
telah dipotong-potong, dapat digunakan tampah atau piring ceper besar. Sebelum
ditata di atas piring, kue terlebih dahulu ditempatkan dalam paper cup yang
ukurannya sesuai dengan bentuk ukuran kue. Kemudian susun kue di atas tampah
atau piring.
Dalam penyajian untuk perorangan,
kue dengan bentuk kecil atau yang telah dipotong dapat langsung ditata dan
disajikan menggunakan piring kue (dessert plate).
IV.
PENUTUP
Cookies merupakan salah
satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi,
relative renyah bila dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur padat. Bahan
yang digunakan dalam pembuatan cookies dibedakan menjadi bahan pengikat (binding
material) dan bahan pelembut (tenderizing material). Bahan pengikat
terdiri dari tepung, air, susu bubuk, putih telur, dan cocoa, sedangkan bahan
pelembut terdiri dari gula, lemak atau minyak (shortening), bahan
pengembang, dan kuning telur.
Prinsip dasar pembuatan kue kering terdiri dari beberapa
tahap yaitu : mengocok adonan, mencetak adonan, memberi hiasan, dan memanggang
kue kering.
Tahap akhir pembuatan kue kering adalah pembakaran. Setiap
jenis cookies memerlukan suhu dan lama pembakaran yang berbeda untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Semakin besar cookies yang dicetak semakin lama
pembakarannya dan suhu pembakaran tidak boleh terlalu panas. Suhu pembakaran
pada cookies yang umum 160-200oC dengan lama pembakaran 10 -15
menit, atau lebih lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar